Sunday, May 3, 2015

ETIKA KOMUNIKASI DALAM BERBAHASA

ETIKA KOMUNIKASI DALAM BERBAHASA


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

                        NIRGAHAYU                                   (90400114088)
                        ROSDIANA                                       (90400114090)
                        YULIA CANTIKA                            (90400114097)
                        TRY SUTRIANI SUPARDI             (90400114117)


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
AKUNTANSI
2014


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai  Etika Komunikasi dalam Berbahasa.
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan segala tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih  kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat di harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.


                                                                        Makassar, 24 September 2014


                                                                                    Tim Penyusun
 


 
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, yaitu mendengarkan, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang rentan terhadap ketidaksantunan berbahasa. Seseorang yang terampil berbicara pasti mempertimbangkan apa yang akan dikatakan sebelum dia mengatakan sesuatu.
            Sebagai manusia dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Komunikasi selalu menjadi kekegiatn utama kita, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, entah itu komunikasi formal maupun non formal.
Hal tersebut memang telah menjadi kebiasaan dan menjadi kodrat kita sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial yang tak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain atau ingin selalu hidup dengan orang lain. Walaupun hanya sekedar berinteraksi atau obrolan basa-basi. Dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Kemajuan teknologi yang menyebabkan memudarnya kebudayaan timur dan lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal, sehingga memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kamu pelajar. Selain itu, kemajuan teknologi juga menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat, sehingga bukan kesantunan berbahasa yang terjalin melainkan kekerasan fisik, yaitu tawuran.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita bekomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan mejunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang cara berkomunikasi atau pemakaian suatu kata atau kalimat yang kita anggap sebuah etika, dapat pula berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan suatu kesalahpahaman antar sesama.
Memilih kata dalam berkomunikasi juga perlu di perhatikan agar sebuah kegiatan atau tindakan membentuk dan menyelaraskan kata dalam kalimat dengan tujuan untuk mendapatkan kata yang paling tepat dan sanggup mengungkapkan konsep atau gagasan yang dimaksudkan oleh pembicara ataupun penulis. Akibat kesalahan dalam memilih kata, informasi yang ingin disampaikan pembicara bisa kurang efektif, bahkan bisa tidak jelas.
Kesalahan-kesalahan dalam memilih kata merupakan bagian dari kesalahan berbahasa yang wajar terjadi pada masyarakat atau para pembelajar bahasa Indonesia.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari etika komunikasi ?
2.    Sebutkan macam-macam etika
3.    Apa perbedaan antara etika dan etiket ?
4.    Bagaimanakah etika dan etiket yang baik dalam berkomunikasi ?
5.    Bagaimanakah peran bahasa baku dalam komunikasi berbahasa ?



C.   Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Semester Genap tahun 2015 dan menjawab petanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi pembaca tentang Etika Komunikasi dalam Berbahasa dan mampu menjelaskan serta sebisa mungkin mempraktekkan dan pengembangannya di dunia nyata (masyarakat) tentang etika dalam berkomunikasi.









  








BAB II
PEMAHASAN

A.   Pengertian Etika Komunikasi
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak lain yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi.
Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik disebut sebagai etika.
Etika berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia.
Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya, yaitu:
·         Menurut Ahmad Amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat
·         Menurut Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
Dari definisi etika diatas, dapat diketahui bahwa “etika” berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:
1.    Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2.    Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3.    Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
4.    Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral.
Tugas etika, tidak lain berusaha untuk mengetahui hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, adalah agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya saja, tapi juga penting bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Allah swt.
Setelah menjelajahi etimologi kata “etika”, mari kita berusaha menyingkap arti etika secara lebih konprehensif.
·         Pertama, secara konprehensif kata “etika” dapat dimaknai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan moral bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
·         Kedua, kata “etika” juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang sering disebut sebagai kode etik, seperti kode etik periklanan yang Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, kode etik jurnalistik yang berasal dari berbagai organisasi jurnalis, kode etik kehumasan, kode etik penyiaran dan sebagainya.
·         Ketiga, kata “etika” dapat berarti pula sebagai ilmu yang mempelajari mengenai hal yang baik dan buruk dalam masyarakat.

Sistematika Etika
Secara umum, menurut A. Sonny Kreaf (1993: 41), etika dapat dibagi menjadi dua bagian:
1.    Etika Umum yang membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis, dalam mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral dasar yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolok ukur atau pedoman untuk menilai baik atau buruknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.
2.    Etika Khusus yaitu penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang khusus, yaitu bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari pada proses dan fungsional dari suatu organisasi. Etika khusus dibagi menjadi dua bagian yaitu, Etika individual menyangkut kewajiban dan perilaku manusia terhadap dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan perilaku sebagai anggota masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sopan santun, tata krama dan saling menghormati.

B.   Macam-macam Etika
Etika terbagi atas tiga macam, yaitu:
a.    Etika Deskriptif
Etika deskriptif sebagai sebuah pendekatan dalam etika berusaha melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adapt kebiasaan, anggapan-anggapan tentang mana yang baik dan mana yang buruk, tindakan apa yang diperbolehkan dan tindakan yang dilarang. Etika deskriptif lebih menekankan pada usaha untuk mempelajari mengenai moralitas yang terdapat dalam individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan serta subkultur-subkultur (subcultures) tertentu dalam periode sejaran tertentu pula.
Sesuai kata “deskritif” yang melekat pada istilah etika deskriptif, maka pendekatan pada bidang etika ini hanya memberi gambaran atau melukiskan semata tanpa memberi penilaian. Misalnya, etika deskriptif yang menggambarkan mengenai adapt mengayau kepala manusia pada masyarakat yang ada disuku-suku pedalaman, tanpa memberi penilaian apakah adat seperti itu harus diterima atau ditolak.

b.    Etika Normatif
Etika normatif bukan sekedar menggambarkan norma-norma dimasyarakat namun juga memberi penilaian mengenai baik atau tidaknya norma tersebut. Sehingga bisa kita simpulkan bahwa etika normatif menanggalkan sikap netral yang dianut oleh sikap etika deskriptif. Lebih jauh etika normatif bukan lagi deskptif melainkan preskriptif (memerintahkan) dan menentukan baik atau tidaknya adat, nilai, norma, dan perilaku.
Etika normatif terbagi dalam dua ranah kajian yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mengkaji tema-tema umum dalam etika seperti: apa itu norma etis ? jika banyak norma etis, bagaimana relasinya dengan kita sebagai manusia ? sedangkan etika khusus lebih mengkaji tema yang berhubungan dengan penerapan prinsip-prinsip etis yang umum dengan perilaku manusia. Dengan redaksional yang lain, dalam etika khusus itu prinsip normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai pada kesimpulan etis yang bersifat normatif juga.

c.    Metaetika
Kata “meta”dalam bahasa Yunani berarti melebihi atau melampaui. Terminologi disini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas. Metaetika sendiri oleh para filsuf dimasukkan dalam filsafat analitis, suatu aliran yang penting dalam filsafat yang berkembang pesat diabad 20 M dengan dipelopori oleh George Moore, seorang filsuf dari Inggris (Bertens, 2005:19). Jika etika normatif hanya mempelajari mengenai perilaku moral dan memberi penilaian, maka metaetika lebih menekankan pada refleksi mengenai terminologi dan bahasa yang kita gunakan saat beragumentasi.
Etika didefenisikan sebagai studi tentang sifat umum moral dan pilihan-pilihan moral spesifik yang harus dibuat seseorang. Etika menyangkut pilihan-pilihan komunikasi sehingga, dengan memeriksa dan lebih menyadari nilai-nilai kita sendiri, kita lebih bertanggung jawab atas konsekuensi tindakan kita.
Kita semua mungkin telah menjadi korban perilaku tindakan etis. Meskipun demikian, kita agaknya lebih peka ketika kita menjadi sasaran komunikasi tidak etis daripada ketika kita menjadi pelakunya. Kadang-kadang kita sekedar merasa bersikap lugas, padahal orang lain merasa “dimanfaatkan”. Bowie berpendapat bahwa yang menjadi pokok masalahnya adalah “suatu prinsip moral yang mendasar, prinsip penghormatan terhadap orang-orang lain”.
Prinsip-prinsip utama etika yang dikemukakan para pemikir barat dan kemudian menelaah beberapa isu yang muncul dalam banyak konteks komunikasi yang berlainan.

C.   Etika dan Etiket
Kata yang sering dianggap serupa maknanya dengan kata “etika” adalah kata “etiket”. Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian keduanya dengan mudahnya dipercampuradukkan, padahal keduanya memilliki makna yang berbeda. Etika disini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya dikaitkan dengan sopan santun.
Menurut K.Bertens, etika dan etiket dapat di bedakan sebagai berikut:
1)    Menyangkut cara sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, namun etika juga mencakup pemberian norma terhadap perbuatan itu sendiri.
2)    Etiket hanya berlaku dipergaulan, jika tidak ada orang yang menjadi saksi maka etiket tidak berlaku. Etika berlaku tidak tergantung pada hadir tidaknya orang.
3)    Etiket bersifat relatif. Etika bersifat jauh lebih absolute atau mutlak dibanding etiket.
4)    Etiket hanya memandang manusia dari sisi lahiriah semata. Etika menyangkut sisi lahir maupun batin manusia.
5)    Etiket menetapkan cara untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai dengan akibatnya.
6)    Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang timbul dari kesadaran dirinya.

D.   Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :
1.    Jujur tidak berbohong
2.    Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3.    Lapang dada dalam berkomunikasi
4.    Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5.    Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6.    Tidak mudah emosi / emosional
7.    Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8.    Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9.    Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik

E.   Teknik Komunikasi Yang Baik
§  Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.
§  Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
§  Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
§  Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.
§  Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar.
§  Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
§  Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon.
§  Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
§  Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
§  Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.
§  Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
§  Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)

F.    Fungsi Bahasa Baku dalam Komunikasi Berbahasa
Bahasa baku mendukung empat fungsi. Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988:14-15) lebih lanjut dinyatakan bahwa fungsi bahasa baku meliputi hal-hal berikut: (1) Fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, (4) fungsi sebagai kerangka acuan.
Berbicara memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antara penutur dan mitra tutur. Untuk dapat berbahasa dengan santun dan dengan perilaku yang sesuai dengan etika berbahasa, tentunya harus terpenuhi persyaratan bahwa kita telah dapat menguasai bahasa dengan baik. Bahasa itulah yang nantinya yang akan digunakan oleh para penuturnya untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
Mengingat penggunaan bahasa Indonesia tidaklah seragam, alias beragam, maka bahasa baku diharapkan dapat menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa. Apabila hal tersebut dapat terwujud, bahasa baku dapat mempersatukan mereka ke dalam masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang-seorang dengan seluruh masyarakat itu, maka fungsi pertama bahasa baku dapat dikatakan sudah terwujud.
            Di samping ragam bahasa Indonesia yang banyak itu, bahasa baku merupakan salah satu ragamnya. Ragam bahasa baku akan berbeda dengan bahasa lainnya. Perbedaan tersebut akan member warna atau corak tersendiri terhadap bahasa tersebut. Hal semacam ini menunjukkan bahwa bahasa baku dapat berfungsi sebagai pemberi kekhasan. Bahasa baku dapat memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat.
            Fungsi bahasa baku sebagai pembawa kewibawaan sangat terasa apabila kita dapat memiliki bahasa baku tersebut. Berdasarkan pengalaman sudah dapat disaksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain. Pemilikan bahasa baku ini pen telah meningkatkan wibawa kita di masyarakat luar.
            Pada saat berbahasa kita menghadapi suatu kenyataan bahwa situasi berbahasa yang dihadapi itu pun beragam pula. Sudah dikemukaka, kita harus dapat menyesuaikan penggunaan ragam bahasa itu dengan situasi yang dihadapi. Penggunaan bahasa Indonesia yang memperhatikan situasinya itulah yang dinamakan penggunaan bahasa yang baik.
Dengan adanya norma dan kaidah yang di kodifikasikan dengan jelas, bahan baku dapat menjalankan fungsinya yang keempat, sebagai kerangka acuan.
            Dengan norma dan kaidah yang jelas, maka pemakaian bahasa Indonesia dapat di ukur. Bahan baku juga dapat berfugsi sebagai kerangka acuan estetika, yang tidak saja terbatas pada bidang sastra, tetapi bagi hal-hal lainnya, seperti: permainan kata, iklan, dan tajuk berita, serta karya ilmiah.
             








BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Sebagai manusia dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Komunikasi selalu menjadi kekegiatn utama kita, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, entah itu komunikasi formal maupun non formal.
Cara berkomunikasi atau pemakaian suatu kata atau kalimat yang kita anggap sebuah etika, dapat pula berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan suatu kesalahpahaman antar sesama. Oleh sebab itu, adanya etika dalam berkomunikasi.
Etika berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia. Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.
Tugas etika, tidak lain berusaha untuk mengetahui hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, adalah agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya saja, tapi juga penting bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Allah swt.
Macam-macam etika ada tiga, yaitu: (1) etika deskriptif, (2) estika normatif, (3) metaetika.
      Perbedaan antara etika dan etiket:
·         Etika selalu berlaku walaupun tidak ada sakti mata, sedangkan etiket hanya berlaku dalam pergaulan dan tidak berlaku saat tidak ada orang lain atau saksi mata yang melihat.
·         Etika bersifat lebih absolut atau mutlak, sedangkan etiket bersifat relatif.
·         Etika memandang manusia dari segi dalam, sedangkan etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.
·         Etika member norma tentang perbuatan itu sendiri, sedangkan etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan oleh manusia (sopan santun).

B.   Saran
Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu adalah pemakaian bahasa Indonesia yang relevan-sesuai dengan situasinya dan benar dari segi kaidahnya. Bahasa itu terlihat baik bila digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan-penggunaannya dan juga di katakana benar bila digunakan sesuai dengan kaidah-tata aturannya.














DAFTAR PUSTAKA

Gunawan. (2009). Etika Komunikasi. From http://gunawan-   smart.blogspot.com/2009/12/etika-komunikasi.html, diakses 25                        Maret 2015.
Farani, Aplonaris. (2014). Makalah Etika Komunikasi. From   aplonarisfarani.blogspot.com/2014/01/v-            behaviorurldefaultmlo_16.html, diakses 25 Maret 2015.
Anonim. (2015). Etika komunikasi. Artikel komunikasi. From                                      http://artikel.okeschool.com/artikel/komunikasi/881/etika-        komunikasi.html, diakses 26 Maret 2015.
Nurjamal, Daeng., Warta Sumirat & Riadi Darwis. (2014). Terampil                          Berbahasa. Bandung: Alfabeta.